BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai sifat yang khas kalau
dibandingkan dengan disiplin lain. Oleh karena itu kegiatan belajar dan
mengajar matematika seyogianya juga tidak disamakan begitu saja dengan ilmu
lain, karena kemampuan peserta didik berbeda – beda, maka kegiatan belajar dan
mengajar haruslah diatur sekaligus memperhatikan kemampuan peserta didik.
Pada umumnya proses belajar - mengajar matematika berkenaan dengan perubahan
tingkah laku seseorang dipelajari melalui psikologi, sehingga diterapkanlah
teori – teori psikologi yang berkaitan dengan proses belajar – mengajar
matematika.
Teori perkembangan kognitif Piaget banyak mempengaruhi dunia pendidikan,
terutama pendidikan kognitif pada masa anak – anak sampai remaja. Dengan
melihat persoalan ini, maka penulis mencoba mengkaji suatu teori belajar yang
dituangkan dalam makalah yang berjudul “Gagasan Piaget tentang Pengajaran
Matematika”.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
penulis merumuskan masalah dari makalah ini yaitu :
1. Bagaimana pengertian belajar menurut
Piaget?
2. Bagaimana Tahap perkembangan mental
anak menurut Piaget?
3. Bagaimana Penerapan Teori Belajar
Piaget Dalam Pengajaran Matematika?
1.3 Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk menambah wawasan
penulis dan mahasiswa sebagai calon guru pada masa yang akan datang agar
memahami penerapan teori belajar Piaget dalam pengajaran matematika.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Belajar menurut Piaget
Menurut Jean Piaget(1896-1980), pakar psikologi dari Swiss,
mengatakan bahwa belajar akan lebih
berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik.
Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan
obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh
pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan
kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif,
mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Menurut Piaget pengetahuan (knowledge) adalah interaksi yang
terus menerus antara individu dengan lingkungan. Fokus perkembangan kognitif
Piaget adalah perkembangan secara alami fikiran pebelajar mulai anak-anak
sampai dewasa. Konsepsi perkembangan kognitif Piaget, diturunkan dari analisa
perkembangan biologi organisme tertentu. Menurut Piaget, intelegen (IQ=kecerdasan)
adalah seperti sistem kehidupan lainnya, yaitu proses adaptasi.
Menurut Piaget (dalam Dr.Paul Suparno, 2001:49) metode
pengajaran matematika dalam bentuk ceramah memang baik bagi orang yang sudah
dewasa tetapi banyak menyebabkan hambatan bagi murid yang masih dalam tingkat
pengajaran yang masih rendah. Kemudian Piaget menekankan hal pokok dalam
pengajaran matematika pada murid bahwa Pengajaran matematika tidak boleh
melalaikan peran kegiatan – kegiatan, khususnya pada anak–anak yang masih kecil.
Pengalaman fisis dan pengalaman matematis-logis sangat penting dalam
mengembangkan pengetahuan, baik fisis maupun matematis.
Contoh: Andi yang berumur 4 tahun berada di sebuah taman dan
mulai menyusun kelereng dalam garis lurus. Ia menghitung dari kiri ke kanan
satu sampai sepuluh. Ia menghitung dari kanan ke kiri dengan hasil yang sama.
Selanjutnya, ia meletakkan kelereng-kelereng itu dalam suatu lingkaran dan
menghitungnya lagi dengan hasil yang sama juga. Dalam susunan bagaimana pun
akhirnya ia menjadi sungguh yakin bahwa jumlahnya sama dan tidak tergantung
pada susunan atau bentuk.
2.2 Teori Piaget
Jean Piaget
adalah salah seorang psikolog terkenal yang banyak mempengaruhi perkembangan
dunia pendidikan. Selama penelitian Piaget semakin yakin akan adanya perbedaan
antara proses pemikiran anak dan orang dewasa. Ia yakin bahwa anak bukan
merupakan suatu tiruan dari orang dewasa. Anak bukan hanya berpikir kurang
efisien dari orang dewasa, melainkan berpikir secara berbeda dengan orang
dewasa. Itulah sebabnya mengapa Piaget yakin bahwa ada tahap perkembangan
kognitif yang berbeda dari anak sampai menjadi dewasa.
Tahap perkembangan kognitif menurut Piaget (Paul. S, 2001:24) dibagi menjadi 4
tahap antara lain:
1. Tahap sensorimotor (umur 0 – 2 tahun)
Pada tahap
sensorimotor, anak mengenal lingkungan dengan kemampuan sensorik yaitu dengan
penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan. Karakteristik tahap ini
merupakan gerakan – gerakan akibat suatu reaksi langsung dari rangsangan. Anak
mengatur alamnya dengan indera(sensori) dan tindakan-tindakannya(motor), anak
belum mempunyai kesadaran – kesadaran adanya konsepsi yang tetap.
Contohnya:
Diatas ranjang seorang bayi diletakkan mainan yang akan berbunyi bila talinya
dipegang. Suatu saat, ia main-main dan menarik tali itu. Ia mendengar bunyi
yang bagus dan ia senang. Maka ia akan mencoba menarik-narik tali itu agar
muncul bunyi menarik yang sama.
2. Tahap persiapan operasional (2 – 7 tahun)
Operasi
adalah suatu proses berpikir logis, dan merupakan aktifitas mental bukan
aktifitas sensorimotor. Pada tahap ini anak belum mampu melaksanakan operasi –
operasi mental. Unsur yang menonjol dalam tahap ini adalah mulai digunakannya
bahasa simbolis, yang berupa gambaran dan bahasa ucapan. Dengan menggunakan
bahasa, inteligensi anak semakin maju dan memacu perkembangan pemikiran anak
karena ia sudah dapat menggambarkan sesuatu dengan bentuk yang lain.
Contohnya:
anak bermain pasar-pasaran dengan uang dari daun. Kemudian dalam penggunaan
bahasa , anak menirukan apa saja yang baru ia dengar. Ia menirukan orang lain
tanpa sadar. Hal ini dibuat untuk kesenangannya sendiri. Tampaknya ada unsur
latihan disini, yaitu suatu pengulangan untuk semakin memperlancar kemampuan
berbicara meskipun tanpa disadari.
3. Tahap operasi konkret (7 – 11 tahun)
Tahap
operasi konkret dinyatakan dengan perkembangan system pemikiran yang didasarkan
pada peristiwa – peristiwa yang langsung dialami. Anak masih menerapkan logika
berpikir pada barang – barang yang konkret, belum bersifat abstrak maupun
hipotesis.
Misalnya suatu gelas diisi air. Selanjutnya dimasukkan uang
logam sehingga permukaan air naik. Anak pada tahap operasi konkreat dapat
mengetahui bahwa volume air tetap sama. Pada tahap sebelumnya, anak masih
mengira bahwa volume air setelah dimasukkan logam menjadi bertambah.
4. Tahap operasi formal (11 tahun keatas)
Tahap
operasi formal merupakan tahap akhir dari perkembangan kognitif secara
kualitas. Pada tahap ini anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan dengan
objek atau peristiwanya langsung.
Menurut Piaget (Paul Suparno, 2001:104) paling sedikit ada
empat faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak, yaitu:
1. Perkembangan organik dan
kematangan system saraf.
Unsur
biologis cukup jelas mempunyai pengaruh dalam perkembangan inteligensi
seseorang. Kematangan fisik seseorang juga mempunyai pengaruh pada perkembangan
inteligensinya. Misalnya: Pada saat anak belum dapat berjalan, sehingga anak
tersebut akan sulit dan terbatas dalam berkontak dengan alam sekitar. Sehingga
pemikirannya dan skema yang ia miliki belum banyak berkembang.
2. Peran latihan dan pengalaman
Latihan
berpikir, merumuskan masalah dan memecahkannya, serta mengambil kesimpulan akan
membantu seseorang untuk mengembangkan pemikiran atau inteligensinya. Seorang
anak yang sudah mulai dapat berpikir deduktif dan abstrak perlu mengembangkan
diri dengan pengalaman – pengalaman dalam menggunakan pemikirannya. Piaget
membedakan dua macam pengalaman, yaitu:
a.
Pengalaman
fisis, terdiri dari tindakan atau aksi seseorang terhadap objek yang dihadapi
untuk mengabstraksi sifat – sifatnya.contohnya: pengalaman melihat dan
mengamati anjing akan membantu mengabstraksi sifat – sifat anjing yang pada
tahap selanjutnya membantu pemikiran orang itu tentang anjing.
b.
Pengalaman
matematis-logis, terdiri dari tindakan terhadap objek untuk mempelajari akibat
tindakan – tindakan terhadap objek itu. Contohnya: pengalaman menjumlahkan atau
mengurangkan benda akan membantu pemikiran anak akan operasi benda itu.
3.
Interaksi sosial dan transmisi.
Dengan
interaksi ini, seorang anak dapat membandingkan pemikiran dan pengetahuan yang
telah dibentuknya dengan pemikiran dan pengetahuan orang lain. Ia tertantang
untuk semakin memperkembangkan pemikiran dan pengetahuannya sendiri. Dalam
interaksi sosial dan transmisi, pengetahuan itu datang dari orang lain baik itu
dari orangtuanya maupun masyarakat sekitarnya. Namun, menurut Piaget meskipun
interaksi sosial itu sangat penting dalam pengembangan pemikiran seseorang,
tindakan interaksi sosial itu tidaklah efektif bila tidak ada tindakan aktif
dari anak sendiri. Pemikiran dan pengetahuan anak kurang berkembang pesat
apabila anak itu sendiri tidak secara aktif mengolah, mencerna, dan mengambil makna.
4. Ekuilibrasi (kesetimbangan).
Ekuilibrasi
adalah kemampuan untuk mencapai kembali kesetimbangan selama periode
ketidaksetimbangan melalui asimilasi dan akomodasi. Ekuilibrasi ini sering juga
disebut dengan motivasi dasar seseorang yang memungkinnya selalu berusaha
memperkembangkan pemikiran dan pengetahuannya.
Menurut
Piaget (Hudojo, 1979:82), struktur kognitif terbentuk karena proses asimilasi
dan akomodasi. Asimilasi adalah menyaring atau mendapatkan pengalaman –
pengalaman baru ke dalam skema.
Misalnya seorang anak
mempunyai konsep mengenai “lembu”. Dalam pemikiran anak itu, ada skema “lembu”.
Mungkin skema anak itu menyatakan bahwa lembu itu binatang yang berkaki empat.
Berwarna putih dan makan rumput.
Dimana pengertian Skema
yaitu struktur mental seseorang dimana ia secara intelektual
beradaptasi dengan lingkungannya.
Misalnya Skema yang terjadi pada
anak tersebut pertama kali melihat lembu tetangganya yang memang berwarna
putih, berkaki empat, dan makan rumput. Suatu saat, anak itu bertemu dengan
dengan bermacam-macam lembu yang lain, yang warnanya lain, dan tidak sedang
makan rumput, tetapi sedang menarik gerobak. Berhadapan dengan pengalaman yang
lain tersebut, anak memperkembangkan skema awalnya. Skemanya menjadi: lembu itu
binatang berkaki empat, ada berwarna putih atau kelabu, makanannya rumput dan
dapat menarik gerobak. Jelas bahwa skema lembu anak itu menjadi bertambah
lengkap. Skema awalnya tidak hanya tetap dipakai, tetapi juga dikembangakan dan
dilengkapi.
Akomodasi adalah proses menstrukturkan
kembali pengalaman –pengalaman baru dengan jalan mengadakan modifikasi skema
yang ada atau bahkan membentuk pengalaman yang benar – benar baru.
Contohnya:
seorang siswa telah memahami bahwa himpunan bilangan itu tetap saja sama,
walaupun urutannya diubah. Kemudian siswa tersebut mengalami pengalaman baru
tentang adanya bilangan kardinal dan ordinal, bulat dan pecahan. Walaupun ada
tambah pengetahuan baru, struktur kognitifnya tetap yang ada tetap saja ada dan
tidak berubah, artinya bahwa sifat bilangan itu tetap sama walaupun
pengaturannya diubah.
2.3 Penerapan
Teori Belajar Piaget Dalam Pengajaran Matematika
Penerapan dari empat tahap perkembangan intelektual anak yang dikemukakan oleh
Piaget, adalah sebagai berikut:
1.
Tahap Sensorimotor (0-2 tahun)
Untuk
mengembangkan kemampuan matematika anak di tahap ini, kemampuan anak mungkin
ditingkatkan jika dia cukup diperbolehkan untuk bertindak terhadap lingkungan.
Anak – anak pada tahap sensorimotor memiliki beberapa pemahaman tentang konsep
angka dan menghitung. Misalnya: Orang tua dapat membantu anak- anak mereka
menghitung dengan jari, mainan dan permen. Sehingga anak dapat menghitung benda
yang dia miliki dan mengingat apabila ada benda yang ia punya hilang.
2.
Tahap persiapan operasional ( 2 -7
tahun)
Piaget
membagi perkembangan kognitif tahap persiapan operasional dalam dua bagian:
a.
Umur 2 – 4 tahun
Pada umur 2
tahun, seorang anak mulai dapat menggunakan symbol atau tanda untuk
mempresentasikan suatu benda yang tidak tampak dihadapannya. Penggunaan symbol
itu tampak dalam 4 gejala berikut:
1) Imitasi tidak langsung
Menurut
Wadsworth (dalam Paul Suparno, 2001:51), Anak mulai dapat menggambarkan suatu
hal yang sebelumnya dapat dilihat, yang sekarang sudah tidak ada. Dengan kata
lain, ia mulai dapat membuat imitasi yang tidak langsung dari bendanya sendiri.
Contohnya: Bola sesungguhnya dalam bentuk bola
plastik.
2) Permainan simbolis
Dalam
permainan simbolis, seringkali terlihat bahwa seorang anak berbicara sendirian
dengan mainannya. Misalnya: Jika si anak merasa senang dengan bola, maka ia
akan bermain bola – bolaan. Menurut Piaget, permainan tersebut merupakan
ungkapan diri anak dalam menghadapi masalah, suasana hati, ketakutan dan lain –
lain.
3)
Menggambar
Menggambar
pada tahap pra operasional merupakan jembatan antara permainan simbolis dengan
gambaran mental. Unsur permainan simbolisnya terletak pada segi “kesenangan”
pada diri anak yang sedang menggambar. Unsur gambaran mentalnya terletak pada
usaha anak untuk mulai meniru sesuatu yang real.
4) Gambaran mental
Gambaran
mental adalah penggambaran secara pikiran suatu objek atau pengalaman yang
lampau. Pada tahap ini, anak masih mempunyai kesalahan yang sistematis dalam
menggambarkan kembali gerakan atau transformasi yang ia amati. Contoh: deretan
5 kelereng berwarna coklat dan hitam.
Dari
pengamatan itu anak masih beranggapan bahwa kelereng coklat lebih banyak
daripada kelereng hitam karena jarak kelereng coklat lebih besar daripada
kelereng hitam. Apabila jarak kelereng hitam dan coklat disamakan maka anak
mengatakan bahwa jumlah kelereng sama.
b.
Umur 4 – 7 tahun (pemikiran
intuitif)
Pada umur 4
– 7 tahun, pemikiran anak semakin berkembang pesat. Tetapi perkembangan itu
belum penuh karena anak masih mengalami operasi yang tidak lengkap dengan suatu
bentuk pemikiran atau penalaran yang tidak logis. Contoh: Terdapat 20 kelereng,
16 berwarna merah dan 4 putih diperlihatkan kepada seorang anak dengan
pertanyaan berikut: “Manakah yang lebih banyak kelereng merah ataukah
kelereng-kelereng itu?”
A usia 5 tahun menjawab: “lebih banyak kelereng merah.”
B usia 7 tahun menjawab: “Kelereng kelereng lebih banyak
daripada kelereng yang berwarna merah.” Tampak bahwa A tidak mengerti
pertanyaan yang diajukan, sedangkan B mampu menghimpun kelereng merah dan putih
menjadi suatu himpunan kelereng atau dapat disimpulkan bahwa anak masih sulit
untuk menggabungkan pemikiran keseluruhan dengan pemikiran bagiannya. Contoh
lain, seorang anak dihadapkan dengan pertanyaan: “Manakah yang lebih berat 1 Kg
kapas atau 1 Kg besi?”. Anak tersebut pasti menjawab 1 Kg besi tanpa berpikir
terlebih dahulu.
3.
Tahap operasi konkret (7 – 11 tahun)
Tahap
operasi konkret dicirikan dengan perkembangan system pemikiran yang didasarkan
pada aturan – aturan tertentu yang logis. Tahap operasi konkret ditandai dengan
adanya system operasi berdasarkan apa- apa yang kelihatan nyata/konkret. Anak
masih mempunyai kesulitan untuk menyelesaikan persoalan yang mempunyai banyak
variabel. ya. Misalnya, bila suatu benda A dikembangkan dengan cara tertentu
menjadi benda B, dapat juga dibuat bahwa benda B dengan cara tertentu kembali
menjadi benda A. Dalam matematika, diterapkan dalam operasi penjumlahan (+),
pengurangan (-), urutan (<), dan persamaan (=).
Contohnya, 5 + 3 = 8 dan 8 – 3 = 5
Pada umur 8
tahun, anak sudah memahami konsep penjumlahanyang sterusnya berlanjut pada
perkalian. Misalnya guru memberikan soal kepada siswa mengenai perkalian.
Guru: “Berapa 8 × 4, Dony?”
Dony: “ 32 Pak!”
4.
Tahap operasi formal (11 tahun
keatas)
Pada tahap
ini, anak sudah mampu berpikir abstrak bila dihadapkan kepada suatu masalah dan
ia dapat mengisolasi untuk sampai kepada penyelesaian masalah tersebut.
Pikirannya sudah dapat melampaui waktu dan tempat tidak hanya terikat pada hal
yang sudah dialami.
Contoh:
Seorang anak mengamati topi ayahnya yang berbentuk kerucut. Ia ingin mengetahui
volum dari topi ayahnya tersebut. Lalu ia mengukur topi tersebut dan memperoleh
tinggi kerucut 30 cm dengan jari – jari 21 cm.
Untuk
menyelesaikan persoalan tersebut, maka guru sudah terlebih dahulu memberikan
konsep kepada siswa mengenai bangun ruang(volum limas).
Volum
limas = ⅓(luas alas)(tinggi limas)
= ⅓ × л × r² × t²
= ⅓ × 3,14 × 7² cm² × 3 cm
= 154 cm³
Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget Dalam
Pembelajaran, adalah :
- Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
- Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3.
Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi
tidak asing.
4.
Berikan peluang agar anak
belajar sesuai tahap perkembangannya.
5.
Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling
berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
Inti dari implementasi teori Piaget
dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut :
1. Memfokuskan
pada proses berfikir atau proses mental anak tidak sekedar pada produknya. Di
samping kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak
sehingga sampai pada jawaban tersebut.
2. Pengenalan
dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali dalam inisiatif diri
dan keterlibatan aktif dalam kegaiatan pembelajaran. Dalam kelas Piaget
penyajian materi jadi (ready made) tidak diberi penekanan, dan anak-anak
didorong untuk menemukan untuk dirinya sendiri melalui interaksi spontan dengan
lingkungan.
3. Tidak
menekankan pada praktek - praktek yang diarahkan untuk menjadikan anak-anak
seperti orang dewasa dalam pemikirannya.
4. Penerimaan terhadap perbedaan
individu dalam kemajuan perkembangan, teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh
anak berkembang melalui urutan perkembangan yang sama namun mereka
memperolehnya dengan kecepatan yang berbeda.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Piaget Menjelaskan tentang Proses Pembelajaran yang dilakukan
dengan memusatkan perhatian kepada :
ü Berfikir atau proses
mental anak, tidak sekedar pada hasilnya dan mengutamakan peran siswa dalam
kegiatan pembelajaran serta memaklumi adanya perbedaan individu dalam kemajuan
perkembangan yang dapat dipegaruhi oleh perkembangan intelektual anak.
ü Teori dasar perkembangan
kognitif dari Jean Piaget mewajibkan guru agar pembelajaran diisi dengan
kegiatan interaksi inderawi antara siswa dengan benda-benda dan fenomema
konkrit yang ada di lingkungan serta dimaksudkan untuk menumbuh-kembangkan
kemampuan berpikir, antara lain kemampuan berpikir konservasi.
ü Piaget memusatkan pada tahap-tahap
perkembangan intelektual yang dilalui oleh semua individu tanpa memandang latar
konteks sosial dan budaya , yang mendalami bagaimana anak berpikir dan
berproses yang berkaitan dengan perkembangan intelektual.
ü Piaget menjelaskan bahwa anak kecil
memiliki rasa ingin tahu bawaan dan secara terus –menerus berusaha memahami
dunia sekitarnya. Rasa ingin tahu ini menurut Piaget, memotivasi mereka untuk
aktif membangun pemahaman mereka tentang lingkungan yang mereka hayati.
ü Kebanyakan ahli psikologi sepenuhnya
menerima prinsip-prinsip umum Piaget bahwa pemikiran anak-anak pada dasarnya
berbeda dengan pemikiran orang dewasa, dan jenis logika anak-anak itu berubah
seiring dengan bertambahnya usia. Namun, ada juga peneliti yang meributkan
detail-detail penemuan Piaget, terutama mengenai usia ketika anak mampu
menyelesaikan tugas-tugas spesifik.
3.2. Saran
dan Kritik
Beberapa ilmuan melakukan Kritik terhadap Teori
Piaget sebagai berikut :
1. Pada sebuah studi klasik, McGarrigle
dan Donalson (1974) menyatakan bahwa anak sudah mampu memahami conservation
dalam usia yang lebih muda.
2. Studi lain yang mengkritik teori
Piaget yaitu bahwa anak-anak baru mencapai pemahaman tentang objek permanence
pada usia di atas 6 bulan. Balillargeon dan De Vos (1991) ; 104 anak diamati
sampai mereka berusia 18 tahun, dan diuji dengan berbagai tugas operasional
formal berdasarkan tugas-tugas yang dipakai Piaget, termasuk pengujian
hipotesa. Mayoritas anak-anak itu memang belum mencapai tahap operasional
formal. Hal ini sesuai dengan studi-studi McGarrigle dan Donaldson serta
Baillargeon dan DeVos, yang menyatakan bahwa Piaget terlalu meremehkan kemampuan
anak-anak kecil.
3. Bradmetz (1999) menguji pernyataan
Piaget bahwa mayoritas anak mencapai formal pada akhir masa kanak-kanak.
Trims infonya...
BalasHapustrim atas ilmu, izin untuk dowload ya
BalasHapustrim atas ilmu, izin untuk dowload ya
BalasHapusTmks atas ilmunya
BalasHapusTerimakasih atas informasinya, insyaAlloh sangat bermanfaat.
BalasHapusizin copy
BalasHapusIzin copy
BalasHapusGrand Victoria Casino, Laveen, CA | MapYRO
BalasHapusGrand Victoria Casino, Laveen, CA. Realtime driving 평택 출장샵 directions to Grand Victoria 밀양 출장샵 Casino, Laveen, 여주 출장안마 CA, based on 구미 출장안마 live traffic updates and road conditions – from 충주 출장샵